.......SUGENG RAWUH.........

Sabtu, 17 Desember 2011

SIG dan Penginderaan Jarak Jauh




Sejarah sistem informasi geografis
Sistem informasi geografis (SIG) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian perkembangan GIS berkembang
tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi sudah merambah
ke berbagai bidang seperti:
analisis penyakit epidemik (demam berdarah)
analisis kejahatan (kerusuhan)
navigasi dan vehicle routing (lintasan terpendek)
analisis bisnis (sistem stock dan distribusi)
urban (tata kota) dan regional planning (tata ruang wilayah)
peneliti: spatial data exploration
utility (listrik, PAM, telpon) inventory and management
pertahanan (military simulation), dll
Bertambahnya jumlah penduduk dan pembangunan sangat mempengaruhi perubahan tatanan lingkungan seperti menurunnya kualitas lingkungan, degradasi lingkungan/kerusakan lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam maupun perubahan tata guna lahan. Seperti yang terjadi pada beberapa sungai di Indonesia serta peningkatan berbagai aktivitas di wilayah sungai yang tidak memperhatikan penataan wilayah mengakibatkan dampak negatif berupa menurunnya kualitas air sungai. Dalam menganalisis dampak pencemaran yang terjadi dilakukan dengan menggunakan metoda Inderaja (Penginderaan Jauh) dan model monitoring kualitas air melalui SIG (Sistem Informasi Geografis).
           Penginderaan jauh dan SIG telah digunakan dalam studi ekosistem pesisir penting yaitu mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Contoh penerapan yang telah dilakukan oleh India yaitu data warna air laut disediakan setiap 2 hari oleh lembaga IRS P4 Ocean Colour Monitor (OCM). Data kandungan klorofil dan suhu permukaan air laut yang didapat dari OCM dan NOAA AVHRR diintegrasikan dan dipergunakan untuk prakiraan perikanan untuk memperoleh data keberadaan ikan secara lebih akurat. Data warna laut memberikan informasi ketersediaan makanan dalam kolom air. Suhu permukaan air laut (SPL) menggambarkan keadaan lingkungan laut. Telah diamati pada banyak titik bahwa boundaries/fonts/gradients dari klorofil dan SPL merupakan lokasi yang ideal bagi berkumpulnya ikan yang merupakan indikasi terjadinya penggabungan antara proses biologis dan fisik. Prakiraan ini valid selama tiga hari dan diperbaharui setiap dua hari sekali.
           Suatu tantangan yang penting dalam pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan adalah penggunaan SIG dalam mengintegrasikan data yang berasal dari ekologi, geografi, sosiologi, dan disiplin yang lain. Contohnya penelitian dalam bidang biokompleksitas, entobiologi, demografi, sosiologi, dan ekonomi yang secara tidak langsung berasosiasi dngan penggunaan inderaja dan SIG, meskipun demikian sering dapat diintegrasian ke dalam data dasar spasial. 
           Sebenarnya teknologi SIG dan inderaja menghadirkan alat penting yang dapat digunakan untuk menilai secara tepat pengukuran kualitas air, pembuatan data dasar, memaduka informasi, memvisualisasi skenario dan dapat pula memecahkan masalah polusi lingkungan yang rumit. Kendala yang paling umum dijumpai adalah citra yang diperoleh seringkali tidak bagus karena banyaknya awan terutama didaerah tropis. Pemanfaatan di Indonesia juga terhambat karena belum adanya kerjasama yang baik diantara sesama stakeholders terkait.
 
Kesimpulan
      Metode SIG dapat berguna dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat dilakukan dengan baik dan terarah serta dapat menghindari eksploitasi yang tidak terkendali.
      Penelitian yang lebih mendalam tentang metode SIG yang ditawarkan masih sangat luas dan belum sempurna mengingat setiap kasus yang dihadapi dapat menimbulkan permasalahan baru yang dapat menimbulkan pemikiran dan teknik-teknik tertentu.
      Penggabungan disiplin ilmu pengetahuan sangat memungkinkan dan sangat diperlukan dalam pengembangan SIG, mengingat kehandalan dari SIG sangat ditentukan oleh data dan informasi yang diperoleh dari pakar yang benar-benar mengetahui bidang ilmu tersebut. SIG juga memungkinkan untuk mengintegrasikan semua disiplin ilmu dalam suatu sistem yang terkoordinasi.